Oleh: Muhammad Rafi,S.E
BENGKULU, rakyatbengkulu.com – Allah Ta’ala menciptakan alam ini dalam keharmonisan dan keteraturan, karena masing-masing diciptakan dengan ukuran yang telah ditetapkan Allah Ta’ala, juga dengan peran dan manfaat yang bisa diberikan oleh masing-masing makhluk bagi kehidupan di atas muka bumi.
Allah SWT menjelaskan hakikat tersebut secara singkat dalam (QS. Al-Hijr [15]:19) yang artinya, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran”.
Bencana-bencana alam yang saat ini dirasakan oleh manusia, juga penyakit-penyakit berbahaya yang saat ini menimpa banyak orang, adalah akibat rusaknya alam dan lingkungan hidup, akibat perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab.
Allah Ta’ala hakikat ini dalam firman-Nya di (QS. Ar-Rum [30]:41) yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),”. Manusia tidak mempunyai pilihan lain selain harus beradab dalam berinteraksi dengan alam.
Karena itu, Rasulullah SAW memberikan pengajaran tentang beberapa etika dalam berinteraksi dengan alam. Pertama, melarang pencemaran lingkungan.
Rasulullah saw melarang tindakan mencemari lingkungan, diantaranya seperti dijelaskan dalam hadits berikut: “Jauhilah tiga perilaku terlaknat; buang kotoran di sumber air, di pinggir jalan, dan di bawah naungan pohon.” (HR Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).
Rasulullah juga menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga ketika ada sesuatu yang berpotensi merusak lingkungan, beliau perintahkan agar dihilangkan. Lalu Rasulullah juga melarang mengotori lingkungan. Seperti dijelaskan dalam sabda beliau:
“Sesungguhnya Allah itu Maha baik yang mencintai kebaikan, Maha bersih yang mencintai kebersihan. Oleh sebab itu, bersihkanlah halamanhalaman rumah kamu dan jangan menyerupai Yahudi.” (HR Tirmidzi dan Abu Ya’la).
Berikutnya menganjurkan umat manusia untuk menghidupkan lahan mati dan menanaminya dengan pepohonan. Terakhir melakukan penghematan air. Suatu hari, Rasulullah melewati Sa’ad sedang berwudhu (dan banyak menggunakan air).
Beliau mengkritik, “Mengapa boros wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, “Apakah ada pemborosan air dalam wudhu?” Rasul menjawab, “Ya, walaupun kamu berada di sungai yang mengalir.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad). (cw2)